Allah tidak bertempat pada suatu tempat tidak di bumi, tidak di langit, tidak memiliki arah dan tidak memiliki zaman. Wal hasil Allah SWT maha ada, maha suci dari serupa dengan makhluk yang hawadis (baharu) walau sedikitpun. Berikut ini perkataan ulama salaf tentang Allah tidak butuh kepada tempat, zaman dan arah. Saidina Ali RA (wafat pada 40 H) a. Pengertian Tasawuf, Sejarah Penamaan dan Ajaran-ajarannya_, b. Ajaran Tasawuf di Masa al-Khulafâ’ al-Râsyidîn_, c. Landasan Tasawuf; Ilmu dan Amal_, d. Di Antara Pokok-Pokok Ajaran Kaum Sufi_, e. Sanad Ajaran Kaum Sufi Dan Khirqah Mereka_, f. Definisi Yang Salah Tentang Syari’at Dan Hakekat_, g. Kisah Yang Benar Tentang Nabi Musa Dan Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘arsy, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, tanpa tempat dan arah. Baca Juga: Head to Head Harga dan Spesifikasi Samsung Galaxy S22 5G dan Galaxy S22+ 5G, Foto Powerful, Video Smooth. Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah. Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Allah Ada Tanpa Tempat”. Hadirin rahimakumullah, Seperti yang kita tahu bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Kota-kota ini akan berkembang menjadi tempat penuh sukacita, tanpa dosa, kebobrokan dan semuanya mendukung ke arah kemuliaan Allah. Kota-kota yang didirikan oleh orang-orang tak berdosa akan melebihi kemegahan kota-kota kita dewasa ini. Di sini akan menjadi pusat ibadah yang hanya akan memuji dan memuliakan Allah yang benar. “Mayoritas ulama syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al-Quran terdapat 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala maha tinggi dan berada di atas makhluk dan hamba-Nya. Beberapa ulama lain mengatakan ada 300 dalil yang menunjukkan hal tersebut.”[6] Demikian semoga bermanfaat. Baca juga: Sifat Istiwa’ Allah di Atas ‘Arsy Dia Wujud tanpa ada permulaan [bagi kewujudan-Nya], tanpa arah dan tanpa bertempat. Adapun penisbatan “al-Ma’arij” adalah penisbatan untuk memuliakan (bukan bermakna Allah berada di arah atas). Juga makna “al-Irtifa’” adalah dalam makna bahawa Allah maha suci, Dia maha suci daripada bertempat [iaitu Allah tidak bertempat]”. *SIAPA KATA KEYAKINAN ALLAH ADA TANPA TEMPAT BUKAN AQIDAH ULAMA NUSANTARA?!!* Adalah suatu perkara yang mengecewakan lagi menyedihkan apabila ada pihak Isyaratnya ke langit menunjukkan keagungan diri-Nya. Langit adalah kiblatnya orang berdoa, dan ka’bah kiblatnya orang shalat. Maka, sebagaimana menghadap ka’bah saat shalat, bukan berarti Allah ada di dalamnya, begitu pula saat berdoa mengisyaratkan ke arah langit bukan berarti Allah ada di atasnya. (Syarh Sunan Abi Daud, 4/186) Ia harus membawa penunjuk arah. Tanpa kompas ia akan tersesat atau kehilangan arah. Ia hanya akan berputar-putar disatu tempat. Dapat halnya ia mengambil jaur yang salah. Ia tidak akan mampu sampaipada titik akhir perjalannanya. Manusia disamping berkewajiban beramal baik juga mempunyai tugas menjauhi segala perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Mv0YH.